Kamis, 11 Juni 2009

Orang Utan Yang Akan Punah


PONTIANAK, KOMPAS.com — Populasi orangutan liar di Provinsi Kalimantan Barat diperkirakan berkurang 50 persen dalam 10 tahun terakhir karena hilangnya hutan dataran rendah.

Humas Yayasan Titian, lembaga yang hirau terhadap populasi dan perkembangbiakan orangutan, Ade Yuliani di Pontianak, Selasa (9/6), mengatakan, jumlah orangutan liar di Kalbar diperkirakan tersisa 6.675 individu dengan dua spesies utama Pongo pygmaeus pygmaeus dan Pongo pygmaeus wurmbii.

"Pembalakan liar, penambangan hutan, kebakaran hutan, dan konversi hutan untuk perkebunan skala besar menjadi faktor utama yang mengancam keberadaan populasi orangutan liar di alam," katanya.

Selain itu, orangutan juga diburu untuk konsumsi dan perdagangan. Salah satu daerah di Kalbar yang cukup gencar melakukan pembukaan lahan adalah Kabupaten Kayong Utara.

Menurut Ade, data dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ketapang, kabupaten induk Kayong Utara, terdapat 47 perusahaan sawit yang sedang dan akan beroperasi. Sebagian kawasan hutan yang masuk areal konsesi perkebunan di Kayong Utara merupakan habitat orangutan.

Sementara sebelumnya, WWF-Indonesia untuk wilayah Putussibau menyatakan, jumlah orangutan di Taman Nasional Danau Sentarum (TDNS) Kabupaten Kapuas Hulu menurun hingga 62 persen dibanding 10 tahun lalu ketika populasi mereka mencapai 1.300 ekor.

Menurut WWF, TNDS memiliki tingkat kerapatan yang tinggi untuk hunian orangutan karena dengan luas 130.000 hektar, seluruh kawasan cocok bagi primata itu. Sedangkan Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK) dengan luas 800.000 hektar namun yang cocok untuk orangutan hanya separuhnya. Jumlah orangutan di TNBK berkisar 1.030 ekor

Keindahan Bawah Laut Kayong Utara


Selain memiliki wisata alam dan lokasi cagar budaya, Kabupaten Kayong Utara memiliki wisata bahari. Wisata yang menawarkan eksotisme, terutama taman laut dan terumbu karang. Keindahan dinikmati di objek wisata yang berlokasi di pulau-pulau kecil seperti Pulau Pelapis, Pulau Karimata, Pulau Penebang, Pulau Layak, Pulau Serutu, Pulau Pandan dan masih banyak lagi.

Para wisatawan asing maupun dalam negeri dipastikan tertarik untuk berkunjung ke pulau-pulau tersebut. Keunggulan utamanya lantaran objek wisata alam bawah lautnya yang tak menutup kemungkinan melebihi tempat wisata bahari lain di Indonesia.

Menurut Bupati Kayong Utara Hildi Hamid, salah satu faktor pendukung pengembangan pariwisata adalah dukungan prasarana. Dalam hal ini butuh usaha maksimal dalam membangun infrastruktur maupun fasilitas lainnya sehingga dapat berkontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Dia mencontohkan perlunya pembangunan akses jalan yang langsung menuju ke Taman Nasional Gunung Palong (TNGP) dan penyediaan kapal wisata yang bisa membawa wisatawan ke pulau-pulau kecil yang memiliki wisata bahari.

Sayang jika kondisi alam di Kayong Utara, terutama yang terdapat di Sukadana tak dikembangkan dan dilestarikan. Apabila semua potensi wisata itu dikelola dengan baik, maka kiprah Kayong Utara akan tampak di pentas lokal, nasional maupun internasional.

"Faktor pendukung lain yang berdampak terhadap maju mundurnya pariwisata adalah pengembangan sumber daya manusia," tuturnya.

Wajar saja jika Kantor Pariwisata Seni dan Budaya akan berusaha semaksimal mungkin dalam meningkatkan sumber daya manusia di bidang pariwisata secara profesional.

Kayong Utara berada pada posisi daerah pantai, pada dasarnya memiliki beraneka ragam budaya karena dihuni beberapa suku di antaranya Melayu, Madura, Jawa, Bugis, Tionghoa, dan Suku Bali yang berada di Desa Sedahan, Kecamatan Sukadana.

Perbedaan budaya masyarakat Kayong Utara bukan persoalan mendasar. multi budaya, sangat berpengaruh dalam menopang dunia pariwisata di kabupaten yang terkenal dengan buah duriannya ini. Kenekaragaman budaya Kayong Utara dapat dilihat dari sejarah Kayong Utara berupa peninggalan-peninggalan kerajaan yang pernah berjaya di persada bumi Kayong Utara.

Peninggalan tersebut, antara lain Pedang Kerajaan Sukadana yang berasal dari Siak Indragiri, Lonceng Kerajaan, Beduk Masjid yang saat ini masih ada dan peninggalan-peninggalan situs lainnya. Perbedaan budaya di Kayong Utara jika berhimpun bersama akan memberikan efek percepatan pembangunan di segala bidang.

"Seperti pasir, semen, batu, batu bata, kapur, besi, dan air, semuanya elemen berbeda namun jika disatukan dengan sistem yang baik bisa menjadi bangunan rumah yang kukuh," katanya.

Gunung Palung

Taman Nasional Gunung Palung merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang memiliki keaneka-ragaman hayati bernilai tinggi, dan berbagai tipe ekosistem antara lain hutan mangrove, hutan rawa, rawa gambut, hutan rawa air tawar, hutan pamah tropika, dan hutan pegunungan yang selalu ditutupi kabut.

Taman nasional ini merupakan satu-satunya kawasan hutan tropika Dipterocarpus yang terbaik dan terluas di Kalimantan. Sekitar 65 persen kawasan, masih berupa hutan primer yang tidak terganggu aktivitas manusia dan memiliki banyak komunitas tumbuhan dan satwa liar.

Seperti daerah Kalimantan Barat lain, umumnya kawasan ini ditumbuhi oleh jelutung (Dyera costulata), ramin (Gonystylus bancanus), damar (Agathis borneensis), pulai (Alstonia scholaris), rengas (Gluta renghas), kayu ulin (Eusideroxylon zwageri), Bruguiera sp., Lumnitzera sp., Rhizophora sp., Sonneratia sp., ara si pencekik, dan tumbuhan obat.


Tumbuhan yang tergolong unik di taman nasional ini adalah anggrek hitam (Coelogyne pandurata), yang mudah dilihat di Sungai Matan terutama pada bulan Februari-April. Daya tarik anggrek hitam terlihat pada bentuk bunga yang bertanda dengan warna hijau dengan kombinasi bercak hitam pada bagian tengah bunga, dan lama mekar antara 5-6 hari.

Tercatat ada 190 jenis burung dan 35 jenis mamalia yang berperan sebagai pemencar biji tumbuhan di hutan. Semua keluarga burung dan kemungkinan besar dari seluruh jenis burung yang ada di Kalimantan, terdapat di dalam hutan taman nasional ini.

Satwa yang sering terlihat di Taman Nasional Gunung Palung yaitu bekantan (Nasalis larvatus), orangutan (Pongo satyrus), bajing tanah bergaris empat (Lariscus hosei), kijang (Muntiacus muntjak pleiharicus), beruang madu (Helarctos malayanus euryspilus), beruk (Macaca nemestrina nemestrina), klampiau (Hylobates muelleri), kukang (Nyticebus coucang borneanus), rangkong badak (Buceros rhinoceros borneoensis), kancil (Tragulus napu borneanus), ayam hutan (Gallus gallus), enggang gading (Rhinoplax vigil), buaya siam (Crocodylus siamensis), kura-kura gading (Orlitia borneensis), dan penyu tempayan (Caretta caretta). Tidak kalah menariknya keberadaan tupai kenari (Rheithrosciurus macrotis) yang sangat langka, dan sulit untuk dilihat.


Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:

Pantai Pulau Datok dan Bukit Lubang Tedong. Wisata bahari dan berenang
Gunung Palung (1.116 m. dpl) dan Gunung Panti (1.050 m. dpl). Pendakian, air terjun, pengamatan tumbuhan/satwa dan berkemah.
Cabang Panti. Pusat penelitian dengan fasilitas stasiun penelitian, wisma peneliti dan perpustakaan.
Kampung Baru. Pengamatan satwa bekantan.
Sungai Matan dan Sungai Simpang. Menyelusuri sungai, pengamatan satwa dan wisata budaya (situs purbakala).

Atraksi budaya di luar taman nasional:
Musim kunjungan terbaik: bulan Juni s/d September setiap tahunnya.

Cara pencapaian lokasi :
Dari Ketapang (plane) selama 1,5 jam, atau dengan kapal motor antara 6-7 jam, dilanjutkan ke Sukadana (kendaraan roda empat) sekitar dua jam. Dari Sukadana ke lokasi melalui Sungai Meliya dengan longboat (bandong) sekitar empat jam. Pontianak - Teluk Batang (speed boat) empat jam dan dilanjutkan ke Teluk Melano (kendaraan roda dua) sekitar satu jam. Pontianak - Teluk Melano (speed boat) antara 9-10 jam.

Pantai Pulau Datok


Pantai Pulau Datok adalah salah satu taman wisata alam yang ramai dikunjungi . Pada saat saat liburan atau hari-hari biasa. kawasan ini tergolong ramai bahkan dapat disebut sebagai tempat wisata yang nomor satu banyak pengunjungnya. Tiap tahun wisata pantai ini menyedot ribuan pengunjung yang datang dari berbagai kecamatan di Wilayah kabupaten Ketapang. Pantai yang teletak di kawasan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) ini memiliki panorama alam yang indah. Perpaduan antara pantai dan bukit, serta teluk merupakan tempat yang idial untuk parawisata. pada saat musim liburan & lebaran Pengunjung akan semakin banyak datang kepantai pulau datok, akantetapi potensi ini masih belum tersentu oleh pemerintah kota. jika pemerintah kota dapat menunjuk pengelola yang berkompeten makan bukan tidak mungkin akan memberikan pemasukan daerah melalului sektor pariwisata. Letaknya yang tidak jauh dari pusat kota sukadana juga menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Dengan menggunakan [[sepeda motor]] pengunjung sudah dapat mendatangi daerah wisata ini. Dari kabupaten [[ketapang]] saja jaraknya tidak terlalu jauh, hanya 86 Km dari Kota Ketapang. Jalan menuju pantai ini relatif baik,dengan telah diaspalnya jalan menuju pantai pulau datok ini. Letak ojek wisata ini juga bisa ditempuh melalui jalan air, Bila anda dari kota Pontianak dapat menuju kawasan ini menggunakan speed boat dari “pelabuhan SENG HI” ke SUKADANA , baru kemudian menggantinya dengan perjalan darat sekitar 3 Km. ''Speed Boat'' ini tersedia tiap hari dengan tarip Rp 175 ribu rupiah, tiap jam 9 dari palabuhan Speed SENH HI ( Depan ViHara). Biasanya pada bulan desember - januari merupakan saat yang tepat untuk melakukan wisata mengunjungi kota tertua di Kalbar ini, karena pada bulan-bulan ini penduduk setempat sedang melakukan panen durian. Biasanya Tiap panen besar atau disebut buah RAYA penduduk banyak menghasilkan dodol durian yang di daerah setempat disebut ''lempok'', lempok-lempok produksi KKU ini sudah sering di pamerkan dipameran-pameran jajanan daerah, bahkan sudah menembus pasar dunia. Durian asli dari daerah ini juga sering dijual keluar kabupaten dan biasanya tujuan utamanya kedaerah kabupaten Ketapang. Selai memiliki rasa yang khas durian dari sukadana ini juga memiliki keanekaragaman varitasnya ( Variant) juga banyak, sehingga cocok untuk para ilmuawan yang akan meneliti buah durian di kawasan ini. Tak hanya durian, monyet, hewan dan orang hutan ( Pongo pygmeus) pada saat panen durian juga datang ke kebun kebun buah pada siang hari, sehingga saat ini juga merupakan saat yang tepat untuk meneliti prilaku satwa orang hutan langsung dialamnya. Jadi sambil berwisata kuliner pegunjung juga dapat menikmati kehidupan binatang liar yang tedapat di daerah Sukadana ini. Untuk mendukung pelancong kedaerah ini pemerintah juga telah memperbaiki sarana jalan dan fasilitas pendukung lainnya. Pemkot juga telah mendatangkan Inpestor untuk membuat Hotel tempat untuk menginap, sampai saat ini pembangunannya telah mencapai 40% . Dengan adanya pembangunan Hotel ini maka akan semakin lengkap lah pasilitas yang mendukung kenyamanan para pelancong. Adapun letak hotel yang sedang dibangun ini berada ditepi pantai sehingga akan menambah kesan eksotiknya, pemandangan yang ada dipantai pulau datok ini pun tidak kalah indahnya dengan pantai-pantai di daerah Kuta Bali ( dikutip dari talk show empat mata ). Selain wisata pantai Eko tourisme juga mempunyai prospek di daerah KKU ini, pantai yang terletak di Kecamatan Sukadana ini merupakan bagian dari kawasan taman nasional gunung Palung. Kenekargaman hayati (biodiversiti) di kawasan ini juga terkenal di seluruh dunia.